Ahad, 3 April 2011 pagi, kembali diajak teman-teman KAMMI Komisariat Ahmad Dahlan untuk berdikusi tentang kepemimpinan kampus. Sebuah waktu yang tepat dan tema yang cukup sexy menurutku. Pertama karena memang masa-masa transisi kepemimpinan mahasiswa di kampus UAD. Kedua karena juga akan segera diadakan transisi kepemimpinan di internal KAMMI Komisariat Ahmad Dahlan sendiri. Selain itu juga bertepatan dengan masa transisi kepemimpinan KAMMI Pusat (pasca muktamar) serta juga bertepatan dengan masa transisi kepemimpinan Rektor UAD, tapi itu tak perlu dibahas, teman-teman sudah tau semua alasannya.
Apa yang kita bahas hanya seputar kepemimpan mahasiswa di tingkat kampus saja. Dimulai dengan evaluasi perjuangan KAMMI KAD di kampus dari tahun ke tahun. Dan ternyata teman-teman KAMMI baru sadar bahwa selama ini KAMMI KAD belum menyentuh inti dari soul perjuangan itu sendiri. Tapi bukan berarti jalan di tempat, walaupun memang program-program strategisnya merupakan pengulangan-pengulangan dari periode sebelumnya tetapi minimal KAMMI KAD masih mampu menyelamatkan estafet kepemimpinannya.
Dari tahun ke tahun Grand Design KAMMI KAD tak jauh-jauh dari profesionalisme kerja dan pengokohan internal. Sebuah grand design yang sebenarnya menurutku itu sudah lewat bagi KAMMI. Bagi ku KAMMI KAD sudah cukup professional dalam kerja karena sejak dulu administrasinya selalu baik, tidak ada over lapping antar fungsionaris, dan juga tidak membuat ribut dengan gerakan lain. Terkait masalah kekokohan internal sudah teruji. Seberapa pun besar perbedaan pendapat maupun pandangan antar kader, tetap saja kita bisa bersatu dan perbedaan itu bisa kita olah menjadi gudeg yang enak.
Memang selama ini goal setting dari KAMMI KAD adalah menempatkan kadernya pada setiap posisi strategis dikampus. Sehingga ketika sudah mampu memenangkan kader dalam pemilwa fakultas maupun universitas itu sudah dikatakan berhasil dan sukses menguasai kampus. Jadi wajar ketika setelah sekian lama KAMMI KAD berhasil menempatkan kadernya di posisi strategis selama ini tetapi tidak ada perubahan kondisi. Sekali lagi karena targetnya adalah menempatkan kader dalam posisi strategis dalam kepemimpina mahasiswa. Dalam diskusi ini kita mencoba mendekonstruksi grand design itu dan mengkontruksi sebuah grand design yang lebih real dan besar. Artinya kawan-kawan KAMMI KAD harus mampu menjawab pertanyaan ketika KAMMI KAD sudah mampu memenangkan semua kepemimpinan mahasiswa di setiap posisi strategis, trus mau ngapain??? Jawabnya adalah mampu mentranformasikan kondisi sosial intelektual mahasiswa yang awalnya hedonis, konsumtif, value oriented, menjadi pribadi yang kritis, diamis, produktif, sosial, dan knowledge oriented (pokoknya yang kayak di kredo gerakan itu lho). Dengan demikian, memenangkan kepemimpinan kampus bukanlah sebuah akhir cerita atau sebuah tujuan akhir, tetapi adalah awal untuk berkarya.
Sebagai sebuah analogi, ada masyarakat jahiliyah kemudian Rasulullah Muhammad SAW lahir untuk mentranformasikannya menjadi masyarakat madani. Dan salah satu caranya adalah Rasullullah menjadi seorang pemimpin. Jika motivasi kita adalah perbaikan tentunya kita akan menikmati setiap langkah, bukan sebuah beban. Makanya juga perlu ada evaluasi. Apakah kader KAMMI KAD merasa bahwa aktivitas ke-KAMMI-annya merupakan sebuah beban??? Atau sebuah metode untuk mereka menambah ilmu??? Selain itu, jika motivasinya perbaikan dan bukan kekuasaan maka teman-teman KAMMI tidak perlu ambil pusing dengan manuver kawan-kawan IMM, HMI, maupun gerakan yang lain. Karena kebaikan dan perbaikan bisa dilakukan siapa saja kapan saja dimana saja tidak perlu menunggu menjadi penguasa.
Terakhir aku sampaikan bahwa perlu disiapkan Grand Design yang lebih besar dan transformative, parameter pencapaian yang jelas, target yang jelas, dan step by step yang jelas pula. Sayangnya, belum semua kader KAMMI KAD paham dengan KAMMI itu sendiri. Terus berjuang teman..!!!
Apriana Rohman S
Menjelang Asar, 03 April 2011
Available from : http://www.arinstitute.wordpress.com/